Bagaimana Pemerintah dan Perusahaan Berkolaborasi untuk Mengatasi Krisis Iklim?
Ilustrasi menyuarakan urgensi perubahan iklim/Freepik
Makin banyak negara dan perusahaan yang menyadari pentingnya tindakan cepat dan berkelanjutan untuk menghadapi krisis iklim.
GREEN JOBS.ID—Pemerintah dan perusahaan memainkan peran kunci untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Baik melalui kebijakan yang mendukung transisi energi oleh pemerintah maupun inovasi teknologi seperti kendaraan listrik dan hidrogen yang mempercepat pengurangan emisi karbon oleh perusahaan, aksi bersama ini sangat penting untuk masa depan planet yang lebih bersih dan lestari.
Langkah Progresif Melawan Perubahan Iklim
Ilustrasi sekelompok pejabat sedang berunding tentang energi terbarukan/Freepik
Sejak Perjanjian Paris 2015, negara-negara di seluruh dunia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C. Salah satu cara untuk mencapai target ini adalah dengan menetapkan Nationally Determined Contributions (NDCs), yang menggambarkan rencana aksi iklim setiap negara. Sekitar 190 negara telah mengajukan NDC mereka, dengan target ambisius untuk mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan iklim di berbagai sektor.
Pemerintah Indonesia mewujudkan komitmen tersebut dengan meratifikasi Perjanjian Paris melalui UU No.16 Tahun 2016. Untuk mencapai komitmennya, Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar 31,89% atas usaha sendiri dan 43,20% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 dalam Enhanced NDC. Salah satu kebijakan penting untuk mendukung komitmen ini adalah penyusunan Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang menargetkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 23% dari total bauran energi pada tahun 2025.
Pemerintah juga telah meluncurkan Strategi Jangka Panjang untuk Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience [LTS-LCCR]) 2050. Salah satu skenario dalam strategi ini adalah mengurangi emisi dari sektor energi hingga mendekati nol dan meningkatkan pengurangan emisi di sektor kehutanan dan penggunaan lahan.
Teknologi untuk Masa Depan Hijau
Ilustrasi sekelompok pekerja mendiskusikan masa depan hijau/Freepik
Sementara kebijakan pemerintah penting untuk mendorong aksi kolektif, sektor swasta juga memiliki peran penting dalam menghadirkan solusi teknologi untuk mengatasi perubahan iklim. Investasi dalam teknologi hijau menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir, dengan perusahaan-perusahaan besar berinvestasi miliaran dolar untuk mengembangkan energi bersih, teknologi penyimpanan energi, dan infrastruktur hijau. Berikut beberapa contohnya.
- Ørsted
Ørsted, perusahaan energi asal Denmark, merupakan salah satu pemimpin global dalam pengembangan energi bersih, khususnya energi angin lepas pantai. Ørsted telah beralih dari perusahaan berbasis bahan bakar fosil menjadi perusahaan energi terbarukan, dengan portofolio proyek energi angin, tenaga surya, dan biomassa yang signifikan. Investasi besar mereka dalam teknologi energi angin telah membantu memperluas kapasitas energi terbarukan di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.
- Tesla
Tesla, perusahaan otomotif dan energi asal Amerika Serikat, telah berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi penyimpanan energi, termasuk baterai untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi skala besar, seperti Tesla Powerwall dan Powerpack. Perusahaan ini juga memiliki proyek “Megapack” untuk penyimpanan energi skala grid, yang membantu menyimpan dan mengelola energi dari sumber terbarukan, seperti matahari dan angin, sehingga dapat digunakan saat diperlukan.
- Siemens
Siemens, perusahaan teknologi dan industri asal Jerman, telah menginvestasikan sumber daya besar dalam pengembangan infrastruktur hijau, termasuk teknologi untuk jaringan listrik pintar (smart grid) dan solusi transportasi ramah lingkungan. Siemens terlibat dalam pengembangan sistem transportasi listrik, seperti kereta api berbasis energi bersih serta proyek-proyek yang mendukung elektrifikasi industri dan kota pintar untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi energi.
Mengapa Pemerintah dan Perusahaan Memimpin Upaya Mengatasi Perubahan Iklim?
Tindakan pemerintah dan perusahaan untuk mengatasi perubahan iklim bukan hanya didorong oleh tanggung jawab moral, tetapi juga oleh tekanan ekonomi dan sosial. Laporan Khusus IPCC mengenai dampak akibat kenaikan suhu global sebesar 1,5°C di atas tingkat praindustri menyatakan risiko terkait iklim terhadap kesehatan, mata pencarian, ketahanan pangan, pasokan air, keamanan manusia, dan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan meningkat seiring dengan kenaikan suhu global sebesar 1,5°C dan terus meningkat seiring dengan kenaikan suhu sebesar 2°C.
Di sisi lain, inovasi hijau memberikan peluang besar bagi ekonomi global. International Renewable Energy Agency (IRENA) memperkirakan bahwa transisi ke energi terbarukan dapat menciptakan lebih dari 40 juta pekerjaan baru pada tahun 2050 dengan 18 juta lebih lapangan pekerjaan di dunia pada sektor energi terbarukan saja. Pemerintah dan perusahaan yang sekarang berinvestasi dalam solusi iklim akan menuai manfaat ekonomi jangka panjang dari pasar energi bersih yang terus berkembang.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Ilustrasi kolaborasi pemerintah dan sektor swasta/Freepik
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci dalam mengatasi perubahan iklim. Pemerintah memberikan insentif dan kerangka regulasi yang jelas untuk mendorong inovasi hijau, sedangkan perusahaan menghadirkan teknologi dan solusi untuk merealisasikan transisi tersebut.
Misalnya, kolaborasi tiga BUMN, yaitu Pertamina, Len Industri, dan PLN dalam proyek energi terbarukan yang berfokus pada pembangkit listrik tenaga surya. Kolaborasi ini untuk mengelola proyek PLTS di lingkungan perusahaan BUMN sekaligus untuk mendukung progam pemerintah dalam mencapai target bauran energi tahun 2025.
Selain itu, kerja sama PT PLN (Persero) dengan Total Eren S.A., PT Adaro Power, dan PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) untuk membangun proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Kalimantan Selatan. Proyek PLTB pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan teknologi sistem penyimpanan energi baterai ini bertujuan untuk memasok listrik rendah karbon di kawasan tersebut.
Selain pemerintah dan perusahaan, masyarakat berperan penting dalam memotivasi perusahaan untuk menjalankan proses produksi yang berkelanjutan. Dari survei PwC global 2023, lebih dari 70% responden dari 25 negara termasuk Indonesia, mengatakan bahwa mereka bersedia membayar lebih untuk barang-barang yang diproduksi secara berkelanjutan. Hasil survei ini menjadi tren yang positif. Konsumen mendapatkan manfaat dari menyelaraskan perhatian sosial mereka dengan praktik pembelian sementara perusahaan mendapatkan kekuatan penetapan harga yang sangat dibutuhkan.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meskipun ada banyak kemajuan, tantangan tetap ada. Perubahan iklim merupakan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan holistik dari berbagai sektor. Peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati mengancam kesejahteraan manusia dan planet ini.
Namun, dengan kebijakan yang lebih kuat, inovasi teknologi, dan komitmen dari pemerintah serta sektor swasta, ada peluang besar untuk mencapai tujuan iklim global. Pekerjaan di bidang energi terbarukan, infrastruktur hijau, dan teknologi efisiensi energi akan terus meningkat, membuka jalan bagi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.