Pekerja atau profesi dengan nilai-nilai kepedulian lingkungan berpotensi kian tumbuh subur di Indonesia. Usaha di sektor ini dapat dirintis oleh mereka yang masih duduk di bangku sekolah.
Pekerja berkerah hijau atau mereka yang profesinya sarat dengan nilai-nilai peduli lingkungan berpotensi kian subur di Indonesia. Salah satu ladangnya berupa energi baru dan terbarukan. Sejak duduk di bangku kuliah pun, usaha di sektor ini dapat dirintis dan mulai digarap.
Institute for Essential Services Reform (IESR) mendefinisikan pekerjaan hijau atau green jobs sebagai mata pencarian yang mendukung pelestarian lingkungan. Bentuknya dapat berupa meminimalisasi sampah dan polusi, melestarikan ekosistem, mendukung proses adaptasi terhadap perubahan iklim, serta mendorong efisiensi bahan baku, energi terbarukan, dan pembatasan emisi gas rumah kaca.
Data yang diolah IESR dan dipublikasikan pada 1 Mei 2020 menyebutkan, jumlah potensi serapan profesi hijau di bidang energi terbarukan pada 2030 diperkirakan mencapai 1,72 juta tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja ini berdasarkan penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 69.652 megawatt.
Pandemi Covid-19, menurut Direktur Program Koaksi Indonesia Verena Puspawardani, menjadi peluang dan momentum untuk mengembangkan ekosistem profesi hijau di Indonesia. Ekosistem ini menjadi bagian penting dalam strategi pemulihan ekonomi hijau atau berbasis pelestarian lingkungan.
Indonesia, menurut dia, perlu belajar dari Korea Selatan yang menginvestasikan 80 persen stimulus ekonominya pascakrisis keuangan 2008-2009 pada proyek-proyek yang mendukung kebijakan ramah lingkungan. Imbasnya, proyek-proyek seperti energi terbarukan, efisiensi energi, dan transportasi bersih dapat mempercepat pemulihan ekonomi serta membuat orang kembali bekerja.
Verena menilai, usaha rintisan atau start up di bidang energi terbarukan pun dapat menciptakan lapangan kerja baru dan membuahkan profesional ”kerah” hijau. ”Makin banyak anak muda yang memilih profesi hijau, semakin besar juga masyarakat yang punya daya tahan atau daya lenting dalam menghadapi berbagai kondisi, seperti pandemi dan dampak perubahan iklim yang gelombangnya lebih besar lagi,” tuturnya saat dihubungi.
Sementara itu, Direktur IESR Fabby Tumiwa menilai, pandemi Covid-19 memberikan tantangan ketenagakerjaan bagi anak-anak muda yang lulus pada tahun 2020. Usaha rintisan di bidang energi terbarukan dapat menjadi solusi.
”Lulusan sarjana dapat berperan di bagian perencanaannya dan lulusan diploma dapat ambil bagian di sisi teknis. Mereka dapat membentuk usaha rintisan energi terbarukan yang sarat dengan inovasi teknologi dan sistem pembiayaan untuk menghadirkan listrik di daerah terpencil,” katanya saat dihubungi, Senin (7/9/2020).
Akan tetapi, hal itu dapat terwujud jika pemerintah membuka ruang dan menciptakan pasar melalui program. Contohnya, program pembangkit listrik tenaga surya atap. Dari program ini, terbuka peluang untuk mengintegrasikan sistem dan mekanisme pembayaran konsumen yang membutuhkan inovasi teknologi dari usaha rintisan.
Salah satu usaha rintisan yang bercita-cita mengalirkan listrik ke desa-desa terpencil ialah Sylendra Power. Chief Product Officer Sylendra Power Kristamayu mengatakan, hingga saat ini usaha rintisannya telah memasang energy harvester di tiga titik di Pulau Jawa.
Potensi mahasiswa
Menurut CEO Ailesh Power Fano Alfian Ardyansyah, mahasiswa yang saat ini masih duduk di bangku kuliah dapat memanfaatkan peluang membangun usaha rintisan di bidang energi terbarukan. Apabila sudah ada kemauan dan keinginan, para mahasiswa perlu berkolaborasi dan memanfaatkan ekosistem energi terbarukan yang tengah berkembang di Indonesia.
Ailesh Power merupakan usaha rintisan energi terbarukan yang memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan (agricultural waste) di area sekitar pembangkit listrik. Ada limbah jagung, padi, kelapa sawit, hingga karet. Limbah ini diolah menjadi biogas.
Dia menceritakan, wilayah operasional Ailesh Power berada di Yogyakarta, Solo, dan Palembang. Energi yang dihasilkan menjadi medium pemanas dan bahan bakar biogas yang dimanfaatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai pengganti elpiji.
Perkembangan usaha rintisan Biops Agrotekno pun dipengaruhi oleh kuliah yang diambil selama menjadi mahasiswa. Business Director Biops Agrotekno Dally Chaerul Shaffar mengatakan, usaha rintisannya memadukan keilmuan teknologi informasi dan hayati beserta mekanisasi dalam sistem irigasi tetes terintegrasi. Dia menambahkan, kolaborasi anak muda yang memiliki ilmu sosial, keuangan, dan ekonomi juga penting.
Tak hanya menyediakan solusi pertanian, Biops Agrotekno juga memadukan panel surya sebagai sumber energi untuk mengoperasikan pompa air. Hingga saat ini, terdapat 25 titik pemasangan pompa panel surya di Boyolali, Jawa Tengah.
Program Manager New Energy Nexus Aditya Mulya Pratama juga merasakan manfaat mata kuliah yang diambil semasa menjadi mahasiswa meteorologi dalam menunjang profesinya di energi terbarukan. Mata kuliah yang memberikan landasan ilmu pengetahuannya terdiri dari hidrologi serta energi angin dan matahari.
Dalam kolaborasi untuk membangun usaha rintisan, Aditya menggarisbawahi pentingnya berjejaring. Menjaga silaturahmi dengan setiap orang yang dikenal selama masa kuliah akan menciptakan peluang kerja sama.
”Kalau jaringan orang yang dimiliki menilai diri kita memiliki kemampuan di bidang yang ditekuni, mereka akan menghubungi kita,” katanya dalam diskusi berjudul ”Start-up Energi Terbarukan: Pintu Green Jobs Anak Muda” yang diadakan Koaksi Indonesia.
Dilirik investor
Menurut Aditya, investor tengah melirik usaha rintisan yang bergerak di produksi energi (energy generation), penyimpanan energi, efisiensi energi, dan pengelolaan energi. Ada juga kecenderungan investor yang mendiversifikasi portofolionya ke usaha-usaha rintisan yang mendukung pembiayaan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Untuk membangun usaha rintisan, dia menuturkan, menyelesaikan masalah atau tantangan yang tengah dihadapi masyarakat menjadi aspek penting. Dia juga mengimbau untuk memastikan solusi teknologi yang ditawarkan merupakan bisnis yang pembiayaannya berprinsip berkelanjutan.
Dio Ade Gemilang Putra (21), mahasiswa Universitas Indonesia yang menjadi peserta diskusi, berpendapat, membangun sinergi dan kolaborasi untuk implementasi energi terbarukan merupakan hal yang penting. Dia ingin berperan sebagai orang yang mampu mengomunikasikan dan mempromosikan energi baru dan terbarukan ke masyarakat dengan kata-kata yang mudah dipahami awam.
”Pemanfaatan energi terbarukan itu krusial untuk bumi yang sehat. Kalau kita ingin nyaman tinggal di bumi, bumi juga harus merasa nyaman. Ini merupakan wujud simbiosis mutualisme antara kita dan bumi,” tuturnya saat dihubungi secara terpisah.
(M Paschalia Judith J – Editor: Mukhamad Kurniawan)
Sumber: Kompas.id